Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal-Usul Nama Pamboang (I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang)

Cerita rakyat tentang asal usul nama kecamatan di kabupaten Majene, Sulawesi barat. Mungkin bagi sebagian pembaca baru pertama kali membaca Pamboang. Bagi yang belum mengetahui, Pamboang merupakan salah satu nama kecamatan yang ada di kabupaten Majene. Nah, siapa sangka jika ternyata Pamboang mempunyai kisah asal usul yang cukup menarik untuk diketahui.

Asal usul nama Pamboang ini tidak lepas dari  tiga orang yang bernama I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang. Tiga pemuda itu tentu saja berasal dari suatu tempat yang sama, yakni dari  Kabupaten Majene. Tiga pemuda inilah yang di kemudian hari akan mengilhami sebuah cerita rakyat yang berjudul asal-usul Pamboang. Yuk kita simak kisah lengkapnya.

Cerita Rakyat Asal Usul Nama Kecamatan Pamboang Kabupaten Majene

Dahulu kala ada sebuah kampung yang terletak di dekat sebuah pantai. Tidak jauh dari kampung tersebut terdapat pegunungan dengan hutan yang lebat. Suatu hari tiga pemuda dari kampung tersebut duduk bersama untuk membicarakan sebuah rencana.

Dalam pembicaraan tersebut, kurang lebih isinya seperti ini.
I Lauase : “Sepertinya kampung kita butuh perluasan. Bagaimana menurut kalian?”
I Lauwella : “Aku sangat setuju. Asal perluasan tersebut demi kesejahteraan rakyat kampung. Bahkan aku siap untuk bekerja keras.”
I Labuqang : “Aku setuju. Tentu saja kerja keras kita ditujukan untuk kesejahteraan seluruh warga kampung.”
I Lauase : “Kita harus membuat rencana tata perencanaan kampung agar usaha perluasan kampung bisa tepat sasaran.”
I Lauwella : “Perencanaan harus matang agar tidak menjadi boomerang. Jangan sampai usaha perluasan kampung ini menggusur warga miskin dan menggusur hak-hak warga.
I Labuqang : “Tepat sekali. Agar usaha kita berjalan baik, maka kita perlu melakukan penelitian di seluruh wilayah kampung ini. Lahan-lahan mana saja yang perlu kita buka atau diperbaiki.”
Berdasarkan pembicaraan ketiga pemuda tersebut, maka mereka membagi tugas, yakni ada yang menuju hutan, pantai yang luas, dan pantai yang sempit.

I Lauase berjalan menyusuri hutan. Ia melihat hutan yang lebat dan masih alami. Ia berpikir untuk peradangan yang cukup untuk memenuhi pangan warga kampung. I Lauwella pergi ke pantai melihat-lihat keadaan pantai yang luas dan bersih. Dia mengamati dengan seksama apa saja yang perlu dibangun. Sedangkan I Labuqang berjalan di pantai yang sempit dan terlihat kotor. Dia berpikir keras apa yang bisa diperbuatnya melihat pantai yang sempit itu.

Tiga pemuda itu kemudian bertemu kembali dan membicarakan apa yang mereka temukan. I Lauwella bilang bahwa ia telah mengamati pantai luas yang dimiliki kampung mereja. Dia berkata bahwa mungkin ia akan membangun pelabuhan dengan mercusuar yang tinggi. Dengan begitu kampung mereka dapat melakukan perdagangan lebih luas.

Selanjutnya I Lauase bilang bahwa ia telah masuk ke dalam hutan yang masih lebat di kampung. Dia berpendapat mungkin ia akan membuka ladang dengan berbagai tanaman, sehingga warga kampung dapat melakukan swasembada pangan.

Selanjutnya I Labuqang menyampaikan bahwa ia telah pergi ke bagian laut yang sempit itu. Berdasarkan pengamatannya, ia mungkin akan membuat banyak tambak ikan. Dengan begitu kebutuhan makanan laut yang bergizi bisa terpenuhi.

I Lauase pun kemudian membuka hutan lebat di dekat kampung tersebut. Namun dia membuka hutan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hutan. Sehingga kelak tidak akan menimbulkan bencana alam. I Lauwella juga menjalankan rencananya membangun pelabuhan. Dia memulai dengan membuat mercusuar yang tinggi. Begitu pula dengan I Labuqang, dia bekerja keras membuat tambak yang penuh dengan ikan-ikan yang bergizi tinggi.

Akhirnya I Lauase berhasil membuka ladang dengan berbagai tanaman yang tumbuh subur sehingga warga Kampung tersebut berhasil mencapai swasembada pangan. Sedangkan pelabuhan dengan mercusuar yang megah berhasil dibangun oleh I Lauwella. Perdagangan pun semakin berkembang luas dengan banyaknya kapal-kapal besar yang merapat. Begitu pula dengan tambak ikan yang dibuat oleh I Labuqang. Ikan-ikan tersebut melimpah ruah sehingga lebih dari cukup memenuhi kebutuhan lauk-pauk warga campuh.

Demikianlah usaha pantang menyerah dengan ketulusan demi kepentingan bersama berhasil membuat kampung tersebut menjadi sejahtera. Kampung tersebut kemudian diberi nama Pallayarang Tallu. “Pallayarang” maknanya yaitu tiang layar dan “Tallu” artinya tiga. Dengan demikian “Pallayarang Tallu” artinya yaitu tiga tiang layar.

Namun pada suatu hari ternyata sebuah kapal yang penuh dengan pengungsi merapat di pelabuhan Pallayarang Tallu tersebut. I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang melihat kedatangan kapal pengungsi tersebut dengan penuh tanda tanya.

Singkat cerita kepala pengungsi bilang kepada tiga pemuda tersebut bahwa mereka mengungsi dari kampung halaman karena diserang oleh musuh. Kerajaan mereka telah hancur lebur. Jadi, mereka mohon agar diperkenankan untuk mencari perlindungan di Pallayarang Tallu. Mendenger penjelasan dari ketua pengungsi, ketiga pemuda tersebut pun akhirnya memperbolehkan pengungsi untuk mencari perlindungan di tempat mereka.

Asal-Usul Nama Pamboang I Lauase I Lauwella I Labuqang

Beberapa bulan setelah mencari perlindungan di Pallayarang Tallu, pemimpin pengungsi itu menemui I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang. Pemimpin tersebut bermaksud mengajak mereka bertiga untuk bergabung dengan aliansi pertahanan kerajaan Mandar, dengan begitu mereka akan memiliki kekuatan yang semakin besar untuk menghadapi musuh.

I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang tidak langsung memberi jawaban. Mereka bertiga melakukan pembicaraan terlebih dahulu. Setelah berbicara beberapa lama, mereka bertiga memutuskan tidak akan menerima tawaran masuk ke dalam aliansi pertahanan kerajaan Mandar. Setelah mengambil keputusan I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang menyampaikannya kepada kepala pengungsi.

Mengetahui tawaran tersebut ditolak, kepala pengungsi menawarkan tambo atau upah untuk Pallayarang Tallu? Ia akan mengantarkan tambo seminggu dari sekarang jika ketiga pemuda tersebut bersedia. Akhirnya, ketiga pemuda tersebut berdiskusi kembali terkait tawaran dari kepala pengungsi. Akhirnya mereka sepakat menerima tawaran tambo tersebut dengan harapan bisa menambah kemakmuran warga Kampung Pallayarang Tallu. Setelah kesepakatan itu tercapai, maka kepala pengungsi itu pergi ke Mandar untuk menyampaikan masuknya Pallayarang Tallu ke dalam aliansi pertahanan.

Hari terus berlalu hingga berganti tahun. Tetapi tambo yang dijanjikan oleh kepala Pengungsi itu tidak kunjung diberikan. Hal itu kemudian menjadi pembicaraan warga Kampung Pallayarang Tallu. Lama-kelamaan kampung Pallayarang Tallu disebut dengan istilah Tamboang dan kemudian menjadi Pamboang. Pamboang sampai sekarang masih dikenal dan menjadi nama sebuah kecamatan di Kabupaten Majene, provinsi Sulawesi Barat.

Pesan Moral dari Asal Usul Tamboang (Sulawesi Barat)

Berdasarkan cerita rakyat Sulawesi Barat tentang asal usul Tamboang, ada pelajaran penting yang dapat kita petik, antara lain segala sesuatu dapat kita selesaikan melalui jalur musyawarah. Selain itu, penting bagi kita untuk menepati janji yang telah kita ucapkan.

Demikian legenda tentang asal usul Tamboang yang sekarang menjadi nama kecamatan di kabupaten Majene. Semoga dapat menghibur pembaca semua. Kami persilahkan kepada pembaca untuk berkomentar jika mungkin saja ada versi lain dari asal usul nama kecamatan di kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Posting Komentar untuk "Asal-Usul Nama Pamboang (I Lauase, I Lauwella, dan I Labuqang)"