Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Rakyat Lampung : Lubuk Sendawali (Anak yang Berubah Jadi Ular)

Kisah cerita rakyat lampung tentang anak yang berubah menjadi ular pada legenda lubuk Sendawali. Pernahkah pembaca mendengar kecamatan Kalianda? Bagi yang belum, akan kami jelaskan bahwa kecamatan Kalianda merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Lampung Selatan, provinsi Lampung.  

Kecamatan Kalianda sendiri terkenal sebagai kecamatan yang mempunyai banyak objek wisata, khususnya wisata pantai. Banyaknya lokasi objek wisata alam di kecamatan Kalianda salah satunya dikarenakan kecamatan ini berada di Teluk Lampung dan di bawah Gunung Rajabasa. Seperti daerah di nusantara yang lain, kecamatan Kalianda juga memiliki legenda yang sangat terkenal bernama legenda Lubuk Sendawali. Bagi yang belum pernah mendengar, yuk kita simak legendanya berikut ini.

Legenda Lubuk Sendawali asal Provinsi Lampung

Dahulu kala di Kalianda hiduplah dua kakak-beradik yatim piatu. Kakaknya bernama Genta dan adiknya bernama Nurma. Sepeninggal kedua orangtuanya, mereka bingung bagaimana melanjutkan kehidupan. Beruntung tetangga mereka baik hati, mau menolong mengolah tanaman padi. Untuk lauk makan setiap hari, Genta mencari ikan di sungai dan membakarnya. Nurma senang sekali makan ikan bakar.

Selain mencari ikan, Genta juga memikat burung punai di pohon yang berbuah. Pikat terbuat dari getah pohon Nangka. Pikat yang menempel pada sayap burung punai jadi lengket dan mudah untuk menangkapnya.

Suatu kali ketika Genta memikat burung, ada kejadian aneh. Tidak ada satupun burung yang menempel pada pikat yang ia pasang. Padahal, biasanya selalu ada burung tang terkena jebakan pikat. Ketika Genta melamun dan memikirkannya, tiba-tiba seekor monyet ekor panjang melompat dari dahan pohon membuat Genta terkejut.

Genta sangat lelah. Ia tidak ingin pulang tanpa membawa bahan makanan untuk adiknya. Genta berpikir keras sambil istirahat di sebuah pohon besar. Tatkala ia menengok ke samping tempat duduknya, Genta melihat telur ular besar. Akhirnya ia memutuskan untuk membawa pulang telur-telur tersebut untuk makan siang dari pada tidak ada lauk sama sekali. Genta bergegas pulang membawa bungkusan daun yang berisi telur. Ia menyeberangi sungai dan berhasil menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah, Genta memberikan apa yang ia dapatkan kepada Nurma. Nurma pun segera membuka apa yang kakanya bawa. Betapa terkejutnya Nurma melihat apa yang kakaknya bawa, yaitu telur ular. Nurma pun bertanya kepada kakaknya apakah Kakaknya ingin memakan telur ular tersebut. Kakaknya pun menjawab bahwa ia akan memakan telur ular tersebut dan meminta maaf karena hari itu kakanya gagal mendapatkan burung.

Masih berat hati, Nurma tetap memasak telur ular. Namun, Nurma hanya mau memasak tanpa mau memakannya. Ia bilang ke abangnya bahwa orang bilang, kalau ada orang makan telur ular, maka orang tersebut akan berubah menjadi ular. Genta yang tidak percaya pada kata-kata Nurma pun akhirnya memakan telur ular tersebut.

Selesai makan, tiba-tiba terjadi keanehan. Genta jadi merasa kehausan. Nurma sudah bolak-balik mengambilkan air minum hingga persediaan air di rumah habis, tapi Genta tetap kehausan. Akhirnya Nurma mengambil air di sumur tetangga. Tetangga yang bertanya mengapa Nurma mengambil air pun menjawab bahwa abangnya merasa kehausan terus menerus.

Sesampainya di rumah, Nurma terkejut mendapati seekor ular besar berada di rumahnya. Yang membuatnya semakin terkejut yaitu abangnya yang sudah tidak ada di rumah. Nurma pun mencari abangnya dengan memanggil-manggil nama abangnya. Namun, abangnya tidak menjawab. Anehnya ular besar yang ada di rumahnya bisa berbicara dan menjawab panggilan Nurma. Ular tersebut berbicara bahwa ia adalah abangnya yang telah berubah menjadi ular. Mendengar ular tersebut dapat berbicara membuat Nurma sangat kaget. Akhirnya ia percaya bahwa ular tersebut adalah abangnya.

Nurma : “Abang, jika abang menjadi ular. lalu Nurma harus bagaimana Bang?”
Genta : “Sudahlah adikku. Lebih baik kalau Abang saja yang ke Lubuk Sendawali dibandingkan kamu yang harus bersusah payah mengambil air terus-menerus,”
Nurma : “Tapi, tempat itu berisi ular-ular besar. Nurma takut ular-ular besar di sana mengeroyok Abang”
Genta : “Abang akan membela diri”
Nurma : “Baiklah jika begitu Abang, namun Nurma ikut ke lubuk Sendawali bersama abang ya. Nurma akan naik ke punggung Abang.”
Genta : “Ya sudah jika kamu ingn ikut. Jangan lupa bawakan serumpun selasih dan teruslah berdoa ketika abang masuk ke lubuk Sendawali.”

Mendengar perintah sang kakak, Nurma kemudian menuruti permintaan kakaknya dan ia segera menaiki punggung kakaknya yang telah menjadi ular. Selama perjalanan, warga bingung ketakutan melihat ada ular besar lewat dan ingin membunuhnya. Namun, setelah mendengar permohonan Nurma, warga kampung akhirnya membatalkan niat untuk membunuh ular besar yang lewat. Akhirnya, Genta dan Nurma bisa melanjutkan perjalanan lagi.

Namun di kampung berikutnya, Nurma pun harus menghalau penduduk setempat yang ketakutan sekaligus berusaha membunuh ular Genta. Nurma pun kembali memohon kepada penduduk kampung agar membiarkan ia dan ular besar untuk melanjutkan perjalanan. Beruntung Nurma kembali berhasil membujuk warga yang ketakutan hingga akhirnya mereka sampai di Lubuk Sendawali.

Begitu tiba di Lubuk Sendawali, Nurma segera turun dan menanam biji selasih di pinggir Lubuk. Sang ular Genta bilang kepada Nurma bahwa apabila selasih ini tumbuh subur, itu artinya ular Genta menang melawan ular-ular besar. Namun, jika selasih ini layu, berarti ular Genta dalam kesulitan dihimpit ular-ular besar. Terakhir, apabila selasih ini mati, itu artinya ular Genta mati. Nurma pun bilang bahwa ia akan mengingat pesan-pesan tersebut.

Tidak lama kemudian, ular Genta pun masuk ke dalam lubuk Sendawali. Nurma menunggu di tepi sungai tak jauh dari lubuk. Sambil menunggu, ia terus mengamati selasih yang ditanamnya. Jika selasih segar ia merasa sangat senang, sebaliknya jika layu ia menangis seorang diri. Begitu terus selama berhari-hari.

Suatu ketika, ular Genta yang terus melawan ular besar akhirnya kalah dan mati di dalam Lubuk Sendawali. Selasih yang ditanam Nurma pun mati. Nurma menangis sejadi-jadinya. Karena kesedihan yang teramat sangat, Nurma memanjat pohon besar melalui akar-akar gantungnya. Di atas pohon itu, ia terus menangis mengingat dan mendoakan abangnya.

Beberapa hari kemudian seorang anak raja yang sedang berburu mendengar suara tangis. Semakin lama, suara tangis itu terdengar semakin dekat. Anak raja tersebut berusaha mencari asal usul suara tangis tersebut. Ketika melihat ke atas, ia merasa silau oleh sebuah cahaya di atas pohon dan melihat anak perempuan menangis. Ia pun segera memerintahkan hulubalangnya untuk menurunkan gadis yang tengah menangis itu.

Setelah turun, anak raja pun mengajak Nurma untuk ikut serta ke kerajaan. Namun, Nurma menolak karena ia mempunyai Abang yang sedang dalam bahaya. Ia pun menceritakan apa yang ia alami dengan lengkap dan bilang bahwa Abangnya kemungkinan meninggal di dalam Lubuk Sendawali. Mendengar cerita dari Nurma, anak Raja tersebut berusaha menenangkan Nurma dan berkata bahwa ia akan berusaha menolong abangnya.

Akhirnya sang pemuda tersebut memanggil ketujuh anjingnya yang memiliki kekuatan ajaib untuk menyedot air dari lubuk. Tidak lama kemudian air dalam tubuh menyusut. Terlihatlah di dalam Lubuk Linggau ular-ular yang hidup didalamnya. Anak raja bertanya tentang ular mana yang merupakan abang dari Nurma. Nurma pun menjawab bahwa abangnya tidak ada dan mungkin berada di dasar lubuk karena sudah mati.

Cerita Rakyat Lampung Lubuk Sendawali Anak Berubah Jadi Ular

Rupanya tidak hanya anjingnya yang memiliki kekuatan Ajaib, anak raja juga memiliki ilmu sakti untuk mengembalikan orang yang sudah meninggal dengan menggunakan tujuh batang lidi sakti. Anak raja membalik balik ular yang ada di Lubuk Sendawali sampai akhirnya ia menemukan Abang dari gadis tersebut yang sudah meninggal. Anak raja memukulkan ketujuh lidinya pada tubuh ular dengan membaca mantra dan memohon dengan kepada Tuhan. Tuhan mengabulkan permohonan anak raja. Abang dari gadis tersebut hidup kembali seperti semula.

Betapa bahagianya Nurma melihat abangnya hidup kembali. Mereka mengucapkan terima kasih berulang-ulang pada si anak raja. Melihat kakak beradik saling berpelukan, anak raja semakin iba. Ia mengajak kedua kakak-beradik itu untuk tinggal di istana kerajaan.

Sementara itu, raja dan permaisuri cemas menunggu kepulangan anaknya. Dari kejauhan, mereka melihat kedatangan anak bersama rombongannya.
Sang Raja : “Anakku, lama sekali kau berburu. Apakah kau dapat hasil buruan?”
Anak Raja : “Tidak Ayahanda. Hamba justru bertemu dua kakak-beradik ini. Mereka membutuhkan pertolongan ketika beradu di Lubuk Sendawali dan aku berhasil menolongnya. Jika Ayahanda berkenan, Bolehkah mereka tinggal di sini?

Melihat Genta dan Nurma, Raja pun mengizinkan mereka tinggal di istana. Sejak saat itu, kedua kakak-beradik tersebut hidup bersama di istana kerajaan. Seolah membawa keberuntungan, semenjak kedatangan mereka berdua kerajaan semakin makmur dan sejahtera.

Tidak berapa lama ketika Nurma beranjak dewasa, anak raja pun meminangnya. Melihat budi baik Nurma dan ketulusan anaknya, Raja pun merestui pernikahan keduanya. Maka, digelar lah pesta pernikahan keduanya selama tujuh hari tujuh malam yang dihadiri seluruh rakyat kerajaan dengan hidangan yang mewah. Semua yang hadir pun turut bahagia menyaksikan pernikahan anak raja dan Nurma. Akhirnya dua kakak-beradik hidup bahagia.

Pesan Moral Cerita Rakyat Lampung Lubuk Sendawali

Berdasarkan legenda lubuk Sendawali yang ada di lampung, ada beberapa pelajaran hidup yang dapat kita petik. Beberapa diantaranya yaitu bagaimana kisah saudara yang saling menyayangi satu sama lain. Bahkan dalam cerita tersebut, sang adik tidak meninggalkan abangnya meskipun tahu bahwa abangnya telah meninggal. Dengan ijin tuhan, buah dari kasih sayang dan kesabaran dari Nurma yakni ia dipertemukan dengan orang yang mempunyai kekuatan untuk menghidupkan orang meninggal dan akhirnya menemukan jodohnya.

Sekian cerita rakyat asal Lampung tentang anak yang berubah menjadi ular karena mengkonsumsi telur ular. Semoga dapat menghibur pembaca. Jika pembaca ingin kami menulis cerita rakyat atau kisah menarik lainnya, tulis di kolom komentar ya. Terima kasih…

Posting Komentar untuk "Cerita Rakyat Lampung : Lubuk Sendawali (Anak yang Berubah Jadi Ular) "