Cerita Si Penakluk Rajawali (Sulawesi Selatan) – Legenda Rakyat
Cerita rakyat dari Provinsi Sulawesi Selatan yang mengkisahkan Si Penakluk Rajawali. Sesuai dengan nama provinsinya, provinsi Sulawesi Selatan ini terletak di pulau Sulawesi yang terletak di bagian selatan. Adapun ibu kota provinsi Sulawesi Selatan yaitu kota Makasar. Seperti daerah lainnya, Sulawesi Selatan juga memiliki cerita rakyat yang terkenal berjudul Si Penakluk Rajawali.
Apakah pembaca pernah mendengarnya? Jika belum, alangkah baiknya membaca cerita rakyat ini sebagai salah satu upaya melestarikan cerita rakyat yang ada di Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan. Untuk lebih lengkapnya, yuk kita baca.
Kisah Si Penakluk Rajawali (Cerita dari Sulawesi Selatan)
Pada zaman dahulu, ada seorang pemuda tampan dan baik hati yang memiliki kesaktian luar biasa hidup di sebuah kampung. Tidak jauh dari tempat tinggalnya, berdiri sebuah kerajaan yang Makmur. Seorang raja yang terkenal adil dan bijaksana memimpin kerajaan ini. Raja tersebut memiliki 7 orang putri yang cantik.
Konon sesuai adat kepercayaan di kerajaan, jika raja memiliki 7 orang putri maka salah satunya harus dipersembahkan kepada seekor burung rajawali raksasa agar keluarga istana terhindar dari malapetaka. Mengingat kepercayaan itu, raja tentu saja bersedih. Ia tidak ingin kehilangan putrinya.
Berhari-hari Raja sedih dan gelisah, tidak enak makan, dan tidak enak tidur memikirkan cara agar putrinya tidak jadi persembahan rajawali. Hingga pada suatu hari sebuah pemikiran di dalam benaknya tentang mengadakan sayembara dengan diantara rakyatnya, ada yang mempunyai kesaktian untuk dapat mengalahkan Rajawali raksasa itu.
Lalu tanpa pikir panjang, sang raja langsung membuat pengumuman kepada rakyatnya bahwa kerajaan membutuhkan seseorang yan mampu mengalahkan Rajawali raksasa yang hendak mencelakai putrinya. Jika yang mampu mengalahkannya adalah laki-laki, maka akan dinikahkan dengan putrinya. Namun jika perempuan, akan dianggap sebagai keluarga istana. Adapun Rajawali Raksasa akan datang 7 hari lagi.
Setelah mendengar sayembara sang raja tersebut, semua rakyat membubarkan diri. Keesokan harinya, kerena ingin mendapatkan hadiah, para warga langsung mempersiapkan diri dan berlatih untuk meningkatkan ilmunya agar mampu mengalahkan Rajawali raksasa. Sementara itu untuk persembahan pada Rajawali raksasa, sejumlah pengawal istana membuat Baruga atau tempat yang mirip pendopo yang terletak agak jauh dari istana. Baruga ini nantinya untuk ditempati sang putri yang akan dipersembahkan sekaligus tempat untuk memancing kedatangan Rajawali raksasa. Selain mempersembahkan Sang Putri, di Baruga juga dipenuhi dengan berbagai macam kue, nasi ketan, dan minuman untuk sesaji bagi burung rajawali raksasa.
Pagi-pagi sekali, rombongan kerajaan dan penduduk kerajaan mengantar Sang Putri ke Baruga. Seluruh yang hadir bersedih dengan nasib Sang Putri. Mereka berharap ada seseorang yang benar-benar seperti bisa mengalahkan burung raksasa itu.
Sang Raja bilang ke sang Putri, “Putriku, maafkan ayah. Sungguh Ayah tidak ingin melakukan ini. Ayah tidak rela. Tetapi, ada kerajaan harus tetap dilaksanakan. Namun, kamu tidak perlu khawatir putriku. Ayah sedang berusaha menyelamatkan kamu melalui sayembara.
Sang Putri menajwab, “Baik ayah, aku berharap ada seseorang yang bisa menyelamatkanku di sini.”
Selesai proses pengantaran, semua meninggalkan Sang Putri seorang diri. Mereka hanya mengawasi sang putri dari kejauhan. Ketika Putri Raja sedang duduk sendiri, setelah sekian lama tanpa ada yang menemani tiba-tiba datang seorang pemuda. Pemuda tersebut bertanya pada putri raja karena duduk seorang diri di Baruga.
Tuan Putri, mengapa duduk sendirian di sini?”, tanya pemuda itu
Sang Putri menjawab, “Aku sedang menunggu maut.”
Sang pemuda tidak mengerti maksud perkataan sang putri, lalu bertanya, “Mengapa kau menunggu kematian? Siapa yang tega mencelakaimu?
Mendengar penuturan Putri Raja, Pemuda tersebut merasa iba dan menawarkan diri untuk melindunginya dari Rajawali raksasa. Meski awalnya menolak, tapi akhirnya Putri Raja membiarkan pemuda itu menemaninya. Lama menunggu kemunculan Rajawali raksasa, sang Pemuda akhirnya dilanda kantuk hingga tertidur di Baruga.
Diam-diam, Putri Raja mengamati pemuda yang sedang tidur tersebut dan berharap sang pemuda tersebut dapat mengalahkan si Rajawali raksasa. Setelah berapa lama menunggu, akhirnya terlihat dari kejauhan ada seekor burung raksasa yang terbang menuju Baruga. Rajawali raksasa yang ditunggu banyak orang telah datang. Putri raja yang melihat kedatangan burung raksasa tersebut segera membangunkan sang pemuda yang tertidur dan langsung bersembunyi di balik badan Pemuda tersebut.
“Jangan khawatir Tuan Putri, aku akan melindungimu. Bersembunyilah dan tutup matamu,” kata sang pemuda.
Sang Pemuda segera mengambil sebilah badik dan seutas tali Ajaib untuk persiapan menghadapi burung raksasa tersebut. Setelah melihat jarak antara dia dan burung raksasa sudah dekat, ia memerintahkan tali ajaibnya untuk mengikat burung rajawali raksasa tersebut. Rajawali raksasa akhirnya meronta-ronta dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri. Tali ajaib yang ternyata bisa bicara itu kemudian meminta bantuan tuannya (sang pemuda) untuk membantunya karena sudah tidak kuat lagi menahan Rajawali yang terlalu kuat. Tanpa menunggu lama, sang Pemuda segera menyuruh badik ajaibnya untuk menikam Rajawali. Badik Sakti itu tanpa ampun menikam Rajawali hingga mati.
Semua peserta sayembara kagum menyaksikannya. Mereka tidak sempat melakukan apapun sampai Rajawali mati. Senjata yang mereka siapkan tidak digunakan sama sekali. Akan tetapi, tidak lama kemudian mereka menggunakan senjata saktinya untuk memotong-motong tubuh rajawali dan memperebutkannya.
Selesai menaklukkan Rajawali raksasa, sang Pemuda pun berpamitan. Sebagai tanda terima kasih, Putri Raja memberinya selendang kepada pemuda tersebut sebagai cenderamata. Sang pemuda pun mengucapkan terima kasih dan memakai selendang tersebut kemanapun dia pergi.
Sementara itu setelah pemuda itu pergi, para peserta sayembara membawa potongan tubuh Rajawali kehadapan raja. Di Istana Kerajaan, mereka ribut saling mengaku telah mengalahkan Rajawali raksasa. Kejadian itu membuat sang raja tidak percaya dan menanyakan kebenarannya pada Sang Putri.
Sang raja bertanya kepada putrinya, “Putriku adakah diantara mereka yang telah mengalahkan Rajawali raksasa?”
Sang Putri menjawan, “Aku tidak tahu ayah, karena saat itu aku ketakutan dan menutup mataku.”
Sang raja bertanya kembali kepada tuan putri, “Jika bertemu lagi, apakah kau bisa mengenalinya putriku?”
Sang putri kembali menjawab, “Aku yakin bisa mengenalinya ayah.”
Mendengar cerita putrinya, pada hari itu juga sang Raja segera mengumumkan bahwa tidak ada satupun dari peserta sayembara yang menang. Menurut Putrinya, yang berhasil mengalahkan Rajawali raksasa adalah seorang pemuda tak dikenal. Untuk itu, tidak seorangpun diantara peserta sayembara yang unik akan dengan putrinya. Akan tetapi, karena Rajawali raksasa sudah mati dan putrinya selamat, besok kerajaan akan menggelar pesta besar-besaran. Seluruh peserta sayembara diundang sang Raja untuk datang dan menikmati hidangan dari kerajaan.
Kesokan harinya warga pun berdatangan ke istana kerajaan untuk menikmati hidangan dan ikut lomba sepak raga. Di serambi istana, Raja bersama permaisuri dan 7 putrinya duduk menyaksikan lomba sepak raga. Peserta lomba sepak raga bergantian menunjukkan kehebatannya memainkan bola. Di tengah keramaian itu seorang pemuda datang dan ikut serta dalam lomba sepak raga. Ia begitu lincah memainkan bola. Dilengannya terikat sebuah selendang yang berkibar-kibar terkena angin.
Melihat selendang tersebut, sang putri pun bilang ke sang Raja, “Ayah itulah pemuda yang telah mengalahkan Rajawali raksasa. Tidak salah lagi, itulah orangnya.”
Raja kaget dan terkesima melihat pemuda tersebut. Raja pun segera memanggilnya dan menanyakan apakah ia yang telah mengalahkan Rajawali raksasa? Pemuda tersebut menjawab bahwa benar ia lah yang telah mengalahkan Rajawali raksasa. Sang raja pun menanyai pemuda tersebut mengenai alasan pemuda itu tidak menagih hadiah dari sayembara yang telah diumumkan sang raja. Sang pemuda pun menjawab bahwa apa yang pemuda lakukan itu tulus dan ikhlas serta tidak mengharapkan imbalan. Kalaupun sang Raja hendak menikahkan sang putri dengan dirinya, makai a ingin semua itu berdasarkan keinginan Sang Putri.
Jawaban dari pemuda tersebut membuat Raja semakin percaya bahwa dialah Pemuda sakti yang sudah mengalahkan Rajawali. Sesuai janjinya Raja pun meminta Pemuda tersebut menikahi putrinya. Setelah Pemuda tersebut bersedia menikahi putri Raja, pesta pernikahan sang putri dan pemuda pun digelar sangat meriah dan mewah. Para penduduk kerajaan datang ikut memeriahkan pesta pernikahan putri raja.
Cerita Rakyat Sulawesi Selatan : Si Penakluk Rajawali
Kisah ini termasuk cerita legenda yang mengandung pesan moral dalam kehidupan sehari-hari kisah ini memberi pesan moral agar kita tulus menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dan berperilaku jujur seperti Pemuda penakluk Rajawali. Semoga dapat menginspirasi kepada pembaca agar selalu membudidayakan perilaku jujur dalam kondisi apapun.
Demikian cerita rakyat si penakluk Rajawali yang merupakan cerita legenda dari Sulawesi Selatan. Semoga dapat menjadi bacaan yang menghibur untuk pembaca. Jika pembaca mempunyai permintaan kepada kami untuk membahas cerita rakyat lain, silahkan masukkan di kolom komentar ya. Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Posting Komentar untuk "Cerita Si Penakluk Rajawali (Sulawesi Selatan) – Legenda Rakyat"