Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Legenda Gunung Kelud (Kisah Dyah Ayu Pusparani dan Lembusura)

Cerita rakyat dibalik meletusnya gunung Kelud. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali gunung berapi, salah satunya yaitu gunung Kelud. Gunung dengan ketinggian 1.731 MDPL ini berada di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di perbatasan Kabupaten Kediri, kabupaten Blitar, dan kabupaten Malang. Sudah berkali-kali gunung Kelud meletus. Gunung Kelud terakhir meletus yaitu pada tahun 2014.

Sebagaimana cerita rakyat di nusantara lainnya, Gunung Kelud juga memiliki legenda tersendiri. Legenda gunung kelud yang ada di Jawa Timur ini tidak lepas dari 3 tokoh kunci, yakni raja Brawijaya, Putri Syah Ayu Pusparani, dan Lembusura. Untuk kisah lengkapnya, yuk kita baca kisah lengkapnya di bawah ini.

Kisah Di Balik Meletusnya Gunung Kelud (Lembusura Mengamuk)

Dahulu kala di masa kejayaan kerajaan Majapahit, ada seorang raja yang bijak bernama Raja Brawijaya. Raja tersebut mempunyai seorang putri yang sangat cantik. Putri tersebut bernama Putri Dyah Ayu Pusparani. Karena kecantikannya, banyak pemuda yang jatuh cinta pada Sang Putri. Berulangkali para pemuda yang terpikat pada kecantikannya berusaha meminang Putri Dyah. Namun, Putri Dyah selalu menolak lamaran pernikahan yang datang padanya.

Kondisi tersebut membuat sedih Raja Brawijaya karena sang raja sangat ingin melihat putrinya menikah. Tentu saja menikah dengan pemuda yang tepat. Sang raja selalu membayangkan betapa bahagianya beliau apabila putri yang dia sayangi menikah. Pasti akan ada pesta pernikahan yang meriah di kerajaan. Tapi, hari itu tidak akan terjadi jika putrinya masih menolak untuk menikah.

Hingga pada akhirnya raja Brawijaya mengajak putrinya yang bernama Putri Dyah Ayu Pusparani untuk berbicara empat mata. Dalam perbincangannya, sang ayah menawarkan kepada putrinya untuk mengadakan sayembara dalam rangka mencari jodoh sang tuan putri. Dalam sayembara tersebut di sampaikan bahwa bagi siapapun laki-laki yang bisa meregangkan busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat Gong Kyai Sekardelima, dia akan menjadi suami dari Puti Dyah.

Mendengar apa yang disampaikan sang raja membuat putri Dyah kaget. Akan tetapi, putri Dyah tidak berani menolak permintaan Ayahnya. Ia tidak mampu berkomentar karena ia tahu bahwa ayahnya sangat menginginkan dirinya menikah. Sang putri pun menjawab bahwa ia siap mengikuti dan melaksanakan apapun hasil sayembara dari ayahnya.

Terkait sayembara yang akan dilaksanakan oleh ayahnya membuat putri Dyah termenung di kamarnya. Dia bingung harus bagaimana terkait sayembara yang akan dilaksanakan ayahnya. Sang putri hanya berharap dari sayembara itu ia memperoleh calon suami yang hebat. Putri Dyah tahu bahwa busur Kyai Garudayaksa dan Gong Kyai Sekardelima memiliki kekuatan gaib. Maka, pemenangnya pasti orang yang memiliki kekuatan hebat juga.

Hari digelarnya sayembara pun tiba. Para pemuda yang ingin menaklukkan busur dan gong dari berbagai penjuru telah tiba. Sang raja pun menyampaikan kepada masyarakat umum terkait sayembara bahwa barangsiapa yang mampu meregangkan busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat Gong Kyai Sekardelima, maka akan dinikahkan dengan putrinya.

Akhinya, satu persatu para pemuda mencoba meregangkan busur dan mengangkat Gong. Namun, tidak ada satupun yang berhasil. Raja Brawijaya berencana menghentikan sayembara tanpa pemenang karena beliau berpikir tidak akan ada yang bisa memenangkan sayembara. Akan tetapi, seorang pemuda tiba-tiba datang dan menyatakan keinginannya kepada sang raja untuk menjadi peserta. Semua orang pun menatapnya karena pemuda tersebut berbeda dengan pemuda lainnya. Alasan mengapa semua orang menatap pemuda tersebut karena pemuda tersebut mempunyai tampilan fisik yang berbeda. Pebedaan yang paling mencolok yaitu kepalanya tidak seperti kepala manusia. Dia memiliki kepala banteng.

Legenda Gunung Kelud Kisah Dyah Ayu Pusparani Lembusura

Melihat penampilan pemuda tersebut membuat raja bingung melihat kedatangannya. Kalau ditolak, maka dia bukan raja yang adil. Namun, jika Lembusura menang ia harus menikahkan putrinya dengan manusia berkepala banteng. Hingga akhirnya sang raja memberikan pemuda tersebut menjadi peserta terakhir dan tida ada peserta lagi.

Akhirnya Lembusura memasuki pelataran tempat busur dan Gong berada. Kemudian dia mencoba meregangkan busur. Tanpa diduga, Lembusura berhasil melakukannya. Ujian selanjutnya, dia harus mengangkat Gong. Ujian kedua ini juga berhasil. Semua orang yang menyaksikan bertepuk tangan. Mereka terkagum-kagum dengan kekuatan Lembusura.

Sementara itu, di sudut istana putri Dyah bersedih. Dia tidak menyangka akan mendapat calon suami berkepala banteng. Raja Brawijaya juga sedih pemenangnya memang memiliki kekuatan hebat, akan tetapi berkepala kerbau. Namun, raja tidak punya pilihan. Dia harus menepati janji sayembaranya, yakni menikahkan dengan putrinya.

Hari pernikahan putri Dyah semakin dekat. Semua persiapan sudah hampir selesai. Namun, Putri Dyah semakin sedih. Dia sangat ingin membatalkan pernikahannya ini. Dia mencari cara agar pernikahannya dibatalkan. Akhirnya putri Dyah menghadap sang raja dan meminta satu syarat lagi kepada Lembusura. Sang putri meminta agar Lembusura membuat sumur di puncak gunung yang akan digunakan putri Dyah mandi. Raja memahami keinginan putrinya. Raja pun akhirnya menyetujui permintaan Putri Dyah.

Lembusura kemudian dipanggil untuk melaksanakan syarat pernikahannya dengan Putri Dyah. Mendengar syarat tersebut Lembusura setuju. Akhirnya, Lembusura pun pergi ke Puncak Gunung. Di sana dia menggali tanah gunung sampai dalam. Berhari-hari Lembusura mengerjakan cara tersebut. Hingga akhirnya, kerja kerasnya membuahkan hasil. Sumur buatannya telah jadi.

Mengetahui Lembusura berhasil membuat sumur, Putri Dyah mengajukan satu syarat lagi. Kini, dia meminta Lembusura masuk ke dalam sumur untuk mengetahui apakah airnya wangi atau tidak. Tanpa berpikir panjang, Lembusura menyetujuinya. Dia masuk ke dalam sumur yang baru selesai dibuat.

Di luar sumur, Putri Dyah dan Raja Brawijaya membuat rencana jahat untuk menggagalkan pernikahan putri Dyah dan Lembusura. Sang raja memerintahkan kepada prajurit bahwa jika Lembusura sudah di dasar sumur, segera tutup sumur dengan tanah sampai penuh. Prajurit pun sudah siap dengan perintah sang raja.

Hingga akhirnya ketika Lembusura sudah sampai di dasar sumur, para prajurit segera melaksanakan perintah Raja untuk menutup sumur tersebut. Mereka melempar tumpukan tanah ke dalam sumur. Lembusura yang sudah berada di dalam sumur tidak berdaya ditimpa tumpukan tanah. Dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Sebelum meninggal dunia, Lembusura mengutuk Raja Brawijaya “Raja Brawijaya, tunggu balas dendamku. Aku akan menghancurkan kerajaanmu”. Semua orang yang mendengar kutukan Lembusura merasa ketakutan. Mereka sangat yakin Lembusura akan membalas dendam pada kerajaan karena kerajaan tidak adil dan tidak menepati janjinya. Hingga saat ini, setiap kali gunung Kelud meletus, masyarakat setempat mengatakan Lembusura sedang membalas dendam.

Pesan Moral Legenda Lembusura di Gunung Kelud

Berdasarkan kisah rakyat di atas, ada hal penting yang dapat kita jadikan pelajaran. Pelajaran yang utama yaitu kita tidak boleh mengingkari janji kita dan berusaha melanggar janji kita. Apalagi jika kita seorang pemimpin yang menjanjikan sesuatu kepada bawahannya. Semoga cerita rakyat tentang kisah dibalik meletusnya gunung kelud dapat menghibur pembaca.

Posting Komentar untuk "Legenda Gunung Kelud (Kisah Dyah Ayu Pusparani dan Lembusura)"