Legenda Putri Kemarau (Putri Jelitani) - Kisah dari Sumatera Selatan
Cerita rakyat tentang legenda Putri Kemarau (Putri Jelitani) asal sumatera selatan. Sumatera Selatan merupakan provinsi yang terletak di pulau Sumatera dengan ibukota di Palembang. Selain itu, Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang berada di pesisir timur pulau Sumatera.
Di Sumatera Selatan sendiri, terdapat banyak cerita rakyat atau legenda. Salah satunya yaitu tentang Putri Kemarau. Dalam legenda ini, dikisahkan ada suatu negeri yang mengalami musim kemarau panjang. Sang raja berusaha mencari kesana kemari untuk mengatasi masalah tersebut. Akhirnya putrinya rela berkorban demi kepentingan kerajaan. Untuk kisah lengkap tentang putri kemarau, yuk kita baca cerita lengkapnya.
Cerita Rakyat Sumatera Selatan tentang Putri Kemarau
Di masa lalu, terdapat sebuah negeri letaknya ada di Sumatera bagian selatan. Negeri ini dipimpin oleh raja yang terkenal bijaksana dan adil. Sang raja mempunyai seorang putri yang cantik jelita yang diberi nama Putri Jelitani. Selain memanggilnya dengan nama Putri Jelitani, sang raja juga memanggil putrinya dengan sebutan Putri Kemarau dengan alasan putrinya lahir di musim kemarau.
Selang beberapa tahun setelah kelahiran Putri Jelitani, Sang Permaisuri meninggal dunia. Kejadian ini membuat sang raja, putri jelitani, dan seluruh rakyat negeri tersebut sangat berduka dan kehilangan. Kejadian sedih ini ditambah lagi dengan mulainya musim kemarau yang tahun ini tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan musim kemarau tahun ini yaitu karena waktu berlangsungnya lebih lama daripada biasanya yaitu sampai bertahun-tahun. Karena kemarau kali ini, selain banyaknya hewan ternak yang mati karena kehausan dan kelaparan juga muncul wabah penyakit yang menyerang manusian.
Sang Raja berbicara kepada Patih, “Hai Patih, musim kemarau yang terjadi di negeri kita telah berlangsung selama bertahun-tahun lamanya. Akibat musim kemarau ini, kekeringan parah telah yang melanda negeri kita. Selain itu, yang paling parah adalah adanya wabah penyakit mematikan yang menyerang rakyat kita. Aku sangat mengkhawatirkan keselamatan rakyat.”
Mendengar perkataan sang Raja, sang Patih kemudian bilang kepada sang Raja bahwa ia mendengar di salah satu desa Negeri tersebut, ada peramal yang sakti. Mungkin patih tersebut dapat menemuinya untuk mencari jalan keluar. Mendengar apa yang disampaikan patih, sang raja pun meminta agar sang Patih dapat menemui peramal tersebut dan berharap sang peramal mempunyai jalan keluar.
Mendengar perintah sang Raja, sang Patih pun segera menemui peramal Sakti tersebut. Peramal tersebut berkata bahwa kemarau ini sebenarnya masalah gampang. Hal tersebut terjadi karena para Jin penunggu gunung sedang marah. Peramal meminta agar kerajaan menyiapkan emas dan berlian untuk meredakan amarah para Jin. Sang Peramal menjamin bahwa setelah Jin menerima emas dan berlian, maka musim kemarau akan berakhir.
Patih menyampaikan permintaan si peramal kepada raja. Akhirnya karena dilanda rasa putus asa, sang Raja pun menyetujui permintaan peramal, yakni memberikan emas dan berlian kepada Jin yang tinggal di gunung. Namun ternyata peramal tersebut adalah penipu. Setelah emas dan berlian diberikan ke peramal, peramal langsung menyimpannya di rumahnya sendiri. Sang Peramal tidak menyerahkan emas dan berlian itu kepada Jin penunggu Gunung. Akhirnya hujan yang ditunggu tidak kunjung tiba, meskipun sudah berbulan-bulan lewat setelah Patih menyerahkan emas dan berlian kepada peramal tersebut.
Tidak terasa karena lamanya musim kemarau, Putri Jelitani sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Ketika melihat kekeringan melanda kekeringan yang tidak berkesudahan, sang Putri merasa sangat sedih. Akhirnya terjadi perbincangan antara sang Raja dan Putri Jelitani.
Sang Raja : “Putriku, Ayah sudah bingung tentang musibah kekeringan akibat musim kemarau yang melanda negeri kita. Sudah tidak terhitung lagi jumlah emas dan berlian yang dikeluarkan kerajaan untuk memenuhi permintaan dari banyak peramal dan orang sakti yang katanya mampu mengatasi kekeringan di negara kita.”
Putri Jelitani : “Mohon maaf Ayahanda. Mungkin sebaiknya ayahanda mulai sekarang jangan menggantungkan diri kepada para peramal atau orang-orang lain yang sejenis.”
Sang Raja : “Lalu ayah harus bagaimana putriku?”
Putri Jelitani : “Ayahanda harus percaya kepada Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat membantu kita mengatasi permasalahan yang terjadi di negeri kita.”
Setiap hari, tidak peduli entah itu siang atau malam, Putri Jelitani selalu berdoa kepada Tuhan agar segera menurunkan hujan. Begitu juga dengan sang Raja, berkat saran dari Putrinya kini tidak lagi mendatangi dan mempercayai para peramal atau orang-orang yang dianggap sakti. Hingga suatu malam, Putri Jelitani bermimpi didatangi oleh ibunya dalam tidurnya.
Dalam mimpi Putri jelitani, Ibunya berkata, “Jelitani putriku, kekeringan yang melanda negeri kita bisa berakhir jika ada seorang gadis yang bersedia mengorbankan dirinya dengan menceburkan dirinya ke dalam laut.”
Keesokan harinya Putri Jelitani menemui ayahnya dengan dengan terburu-buru. Setelah bertemu ayahnya, putri Jelitani menceritakan apa yang dialaminya semalam. Mendengar apa yang disampaikan Putri Jelitani, Raja pun memerintahkan para prajuritnya untuk menyebarkan sebuah pengumuman supaya seluruh rakyat berkumpul di alun-alun kerajaan. Setelah melihat seluruh rakyat berkumpul di alun-alun, Raja segera menyampaikan tentang mimpi Putri Jelitani. Semua rakyat mendengarkan pesan Raja dengan seksama tanpa ada sedikitpun yang berani berbicara.
Sang Raja menanyai para rakyat tentang siapakah gadis di antara mereka yang bersedia berkorban demi negeri kita. Namun, tidak satupun yang menjawab, hingga terdengar suara seorang gadis. “aku bersedia.” Ternyata yang mengatakan bersedia berkorban yaitu putrinya sendiri. Sang putri berkata bahwa kelak, sang putri lah yang akan memimpin mereka dan sebagai seorang pemimpin kita harus rela berkorban demi rakyatnya, dan bukan sebaliknya.
Mendengar apa yang disampaikan putrinya, sang Raja terdiam. Raja tidak dapat melarang keinginan putri semata wayangnya. Keesokan harinya, kerajaan menyiapkan sebuah kapal untuk berlayar ke tengah laut. Selama perjalanan menuju tempat yang dirasa tepat, Putri Jelitani sudah siap untuk melompat ke dalam laut. Namun, sebelum putri Jelitani terjun ke laut, ia berpesan agar ayahnya ikhlas melepas kepergiannya. Hal ini demi rakyat dan kelangsungan negeri.
Setelah Putri Jelitani menceburkan dirinya ke dalam laut, tidak lama kemudian muncul awan hitam di langit. Selain itu, suara petir mulai bergemuruh di langit negeri hingga akhirnya, hujan deras mengguyur negeri yang selama belasan tahun dilanda kekeringan. Sungai, sawah, dan kebun mulai tergenang air. Negeri yang awalnya mengalami kekeringan, langsung subur setelah terkena air hujan tersebut.
Ketika rakyat bersuka cita negerinya kembali menjadi subur, sang raja justru dilanda kesedihan yang mendalam. Putri satu-satunya sang Raja kini telah tiada. Akibatnya sang raja setiap hari selalu datang ke pantai. Namun, ada yang berbeda dengan keadaan pantai saat sang raja duduk di pantai di hari ketujuh. Sang raja terkejut melihat ombak besar tiba-tiba mendatanginya. Ombak besar tersebut berubah menjadi sosok perempuan yang tidak lain adalah putrinya.
Sang Raja sangat bersyukur karena perempuan itu adalah putrinya. Ternyata tuhan menyelamatkannya karena keikhlasanmu demi rakyat dan Negeri. Sang raja sangat bahagia melihat Putri Jelitani telah kembali. Sang raja kemudian memutuskan turun tahta dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Putri jelitani.
Pesan Moral Kisah Legenda Putri Kemarau
Berdasarkan cerita rakyat asal sumatera selatan tersebut, ada pesan moral yang dapat kita petik pelajarannya. Beberapa di antaranya yaitu :
1. Jika kita dilanda masalah atau musibah kita harus percaya bahwa itu berasal dari kuasa tuhan. Kita tidak boleh percaya pada dukun, peramal, atau apapun itu yang dapat menyelesaikan masalah kita. Jadi, kita harus berdoa dan memohon kepada tuhan agar diberi petunjuk tentang menghadapi atau menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
2. Seorang pemimpin harus rela berkorban demi rakyatnya, bukan sebaliknya. Karena pada dasarnya pemimpin merupakan pelayan masyarakat.
Demikian kisah legenda Putri Kemarau atau Putri Jelitani yang berasal dari pulau Sumatera. Terima kasih telah membaca sampai akhir. Semoga cerita rakyat atau legenda tersebut memberikan banyak pelajaran hidup bagi kita.
Posting Komentar untuk "Legenda Putri Kemarau (Putri Jelitani) - Kisah dari Sumatera Selatan "